Bagaimana mengenal seorang mukmin dan munafik ?
Jawapannya ialah dengan melihat tahap keimanan dan pergantungan mereka kepada Allah SWT.
Seorang mukmin itu amat yakin kepada Allah SWT dan bersangka baik serta optimis terhadap janji-janji-Nya. Manakala seorang munafiq pula amat kurang keyakinan kepada Allah SWT, penuh ragu-ragu dan sangsi terhadap rahmat dan kekuasaan Allah SWT.
Bagi seorang munafik, dia lebih percaya kepada usaha dirinya sendiri, logik dan kekuatan yang dapat dilihat dengan mata kepala serta jumlah dan kebesaran makhluk daripada kekuasaan Allah !
Contohnya :
Di padang pasir yang tandus, seorang mukmin yang memiliki secawan air adalah lebih tenang daripada seorang munafik yang memiliki sebuah oasis !
Walaupun mempunyai hanya secawan air namun orang yang beriman akan yakin dan tahu bahawa ajalnya, takdirnya sudah tertulis dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT selepas berusaha dan meneruskan perjalanannya dengan penuh keyakinan.
Firman Allah SWT : “Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana ke atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan tidak ada bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah.” (Al-Ahzab : 17)
Manakala seorang munafik itu pula akan begitu takut dan bimbang kalau-kalau oasisnya itu kering, hujang tidak turun dan ada pula orang lain yang akan mencuri air dari oasisnya.
Allah SWT berfirman tentang mereka: ‘Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari akhirat," pada hal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang-orang yang beriman (Munafik).” (Al-Baqarah : 8)
Bertawakallah kepada Allah SWT kerana disitulah sumber kekuatan jiwa. Manusia tidak akan mampu tidur dengan lena atau tersenyum suka jika dia memikirkan seribu satu macam masalah yang menimpa dirinya. Hanya dengan tawakkal barulah dia dapat menelan semua masalah itu menjadi sebuah hidangan jiwa yang membesarkan peribadinya dan menguatkan pemikirannya menjadi manusia yang lebih hebat dari sebelumnya.
Dalam sebuah hadith :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimah yang dibaca oleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam api, dan juga telah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika digertak oleh orang kafir, yang berkata: “Sesungguhnya manusia telah berkumpul untuk menghancurkan kamu, maka takutlah kamu kepada mereka, tetapi keadaan itu hanya membuatkan orang-orang yang itu beriman bertambah imannya dan mereka pun membaca, Hasbunallah wa ni’mal Wakil yang bermaksud (Cukuplah Allah yang bagi kami dan sebaik-baik nikmat sebagai tempat kami bertawakal.” (Hadith riwayat Bukhari)
Firman Allah SWT : “Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Anfaal : 61)