Monday, January 17, 2005

Doa Zikir Raya Ai'dil Adha

a. Takbir

Sebagaimana sudah kita ketahui menurut pendapat yang paling rajih (kuat) yaitu pendapat jumhur ulama bahwa takbir (Iedhul Fithri) dimulai ketika keluarnya imam untuk solat sampai permulaan khutbah. Dan khusus pada Iedhul Adha pula dimulai dari waktu subuh hari Arafah sampai Asar pada hari-hari Tasyriq, yaitu hari ke 11, 12, 13 Dzulhijjah.
Kemudian perlu pula diketahui bahwa takbiran pada hari Tasyriq tersebut dilakukan pada setiap waktu dan setiap keadaan. Imam Bukhari (dalam kita Ie'dain dari Shahih Bukhari 2/461) mengatakan : “Umar radhiallahu ‘anhu pernah bertakbir di dalam khutbahnya di Mina.
Kemudian takbir tersebut didengar oleh orang-orang yang berada di masjid. Maka merekapun bertakbir dan bertakbir pula orang-orang yang di pasar, sehingga Mina dipenuhi oleh gema takbir. Ibnu Umar pernah bertakbir di Mina pada hari-hari tersebut setiap selesai melakukan solat ketika di atas ranjang tempat tidurnya, di dalam rumah, di majelis dan ketika berjalan.
Maimunah radhiyallahu ‘anha selalu bertakbir pada hari-hari Nahr (Iedhul Adha), sedangkan para wanita bertakbir di belakang Abban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz pada malam-malam tasyriq bersama laki-laki di masjid. (Berkata Al-Muhaddits Syaikh Al Albani : "Dalam hadits ini ada dalil disyari'atkannya melakukan takbir dengan suara jahr (keras) di jalanan ketika menuju mushalla sebagaimana yang biasa dilakukan kaum muslimin. Meskipun banyak dari mereka mulai menganggap remeh sunnah ini hingga hampir-hampir sunnah ini sekedar menjadi berita. Termasuk yang baik untuk disebutkan dalam kesempatan ini adalah bahwa mengeraskan takbir disini tidak disyari'atkan berkumpul atas satu suara (menyuarakan takbir secara serempak dengan dipimpin seseorang -pent) sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang.. Demikian pula setiap dzikir yang disyariatkan untuk mengeraskan suara ketika membacanya atau tidak disyariatkan mengeraskan suara, maka tidak dibenarkan berkumpul atas satu suara seperti yang telah disebutkan .
Hendaknya kita hati-hati dari perbuatan tersebut, dan hendaklah kita selalu meletakkan di hadapan mata kita bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam").Al Hafidz Ibnu Hajar mengomentari (riwayat-riwayat di atas) mengatakan : Atsar-atsar ini menunjukkan adanya takbir pada hari-hari tersebut ketika selesai melakukan sholat Ied dan juga dalam keadaan-keadaan yang lain.
Para Ulama berselisih pendapat tentang saat-saat dilakukannya takbir, diantara mereka ada yang berpendapat bahwa takbiran itu hanya dilakukan ketika solat saja. Ada pula yang mengkhususkan pada solat-solat yang diwajibkan saja tanpa solat-solat nafilah (solat sunnah), dilaksanakan oleh laki-laki tanpa wanita, dengan berjama’ah tidak perorangan, orang-orang yang mukim tanpa orang yang musafir, orang-orang yang tinggal di kota saja tanpa orang-orang yang tinggal di desa. Dan zahir pendapat Bukhari mencakupi seluruh keadaan-keadaaan itu dan terbukti atsar-atsar yang telah beliau sebutkan mendukung pendapatnya tersebut. (Lihat Fiqhus Shunnah jilid 1 hal 305 oleh Sayyid Sabiq dan syaikh Al Albani tidak mengkritik pendapat yang beliau bawakan di atas dalam kitabnya Tamamul Minnah fi ta’liq ala Fiqhus sunnah).
Adapun mengenai lafadz takbiran pada Iedhul Adha telah disebut Dzikir-Dzikir yang disyariatkan pada Iedul Fithri atau Iedhul Adha,
:كَبِّرُوْا... اَلله أَكْبَرُ، اَلله أَكْبَرُ، اَلله أَكْبَرُ، كَبِيْرًا... {رواه عبد الرق بسند الصحيح}
Bertakbirlah kamu : Allahu Akbar (Allah Maha Besar), Allahu Akbar, Allahu Akbar, Kabiira.” (Shohih, HR Imam Abdur Razzaq dari Salman Radiyallahu ‘anhu, lihat Subulus Salam 2/147)
اَلله أَكْبَرُ، اَلله أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّاللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اَلله أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ { رواه ابن أبي شيبة و اسند الصحيح}“
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha illallahu wallahu akbaru, Allahu akbar walillahil hamdu.”Artinya : Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, Allahu Maha Besar, Allah Maha Besar dan untuk Allah-lah segala pujian. (HR Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu Mas’ud 2/168, Shohih, Al Albani dalam Tamamul Minnah cet. Darur Rayyah hal 356).b.
Do’a Menyembelih Menyembelih kurban adalah amalan yang sering dilakukan kaum muslimin di Iedhul Adha. Dan disunnahkan bagi orang yang menyembelih untuk melakukannya di mushalla (Tanah lapang yang digunakan untuk sholat Ied, red) sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadits shahih (yang artinya) : “Dari Nafi’ dari Ibnu Ubar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam, bahwasanya beliau melakukan dzabh dan nahr (dzabh adalah menyembelih sapi dan kambing dan nahr adalah menyembelih unta , lihat Al Ushulus Tsalatsah Hasyiyah Syaikh Abdurahman bin Muhammad an Najdi Al Hanbali hal 42) di musholla (HR Bukhari, an Nasa’i,Ibnu Majah dan Abu Dawud). Imam Asy Syaukani mengatakan : hikmah dilakukannya penyembelihan di mushalla (lapangan tempat solat Ied, ) adalah supaya orang-orang fakir dapat melihatnya sehingga mereka dapat mengambil daging sembelihan tersebut. (Lihat Nailul Authar karya Imam Asy Syaukani, jilid 5 hal 122).
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah mengucapkan beberapa doa ketika menyembelih, sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat yang shahih diantaranya hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam telah memerintahkan (untuk didatangkan kepadanya) seekor kibas (domba) yang hitam, menderum (dengan perut) yang hitam dan melihat (dengan bulu sekitar matanya) yang hitam.
Maka didatangkanlah kibas tersebut agar beliau menyembelihnya. Lalu beliau berkata kepada Aisyah : “Ya Aisyah, bawalah kemari sebuah pisau.” Maka Aisyahpun melakukannya. Kemudian Rasulullah mengambil pisau tersebut dan mengambil kibas serta menggulingkannya lalu beliau sembelih dengan mengucapkan :
باِسْمِ اللهِ ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ.
Bismillah, Allahumma taqobbal min muhammadin, wa aali muhammadin, wa min ummati muhammadin.”Artinya : Dengan nama Allah, ya Allah terimalah (kurban) dari Muhammad dan keluarga Muhammad serta dari ummat Muhammad.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Dawud).
Berarti beliau telah berkurban dengannya. Dalam riwayat lain disebutkan (yang artinya) : Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam berkurban dengan dua kibas yang berwarna putih campur hitam dan bertanduk, kemudian Anas mengatakan : “Aku melihatnya menyembelih keduanya dengan tangannya, dan aku melihat beliau meletakkan kakinya di atas kedua pipi (kibas) sambil mengucapkan basmalah (Bismillah, red) dan bertakbir (Allahu akbar,). ” (HR Muslim).
Dalam suatu riwayat dari Anas yang semisal dengan riwayat diatas, akan tetapi pada akhirnya disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam mengucapkan :
بِاسْمِ اللهِ ، وَ اللهُ أَكْبَرُ { رواه مسلم}
Bismillah, wallahu akbar”.Artinya : Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar. (HR Muslim, Shahih Muslim 3/1557).Dalam riwayat Baihaqi dengan memakai tambahan :
اَللَّهُمَّ مِنْكَ وَ لَكَ { رواه البيهق}
"Allahumma minka wa laka”.Artinya : “Ya Allah, darimu dan untukmu.
” (HR Baihaqi 9/278). (Lihat Hisnul Muslim, Sa’id bin Ali Al Qathani hal 141).
Wallahu a’lam

Nasihat Buat AdikKu Wanita

Pesanan Buat Adik-Adik Wanita


1) Tetaplah pada sunnah dan ikuti serta pelajarilah Sunnah rasul salallahulaihiwasalam dan fahami Islam sebenarnya.

Barangsiapa yang maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka ia hanya akan mencelakakan dirinya sendiri dan tidak akan mencelakakan Allah sedikitpun. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
((كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الجَنَّةَ إلاَّ مَنْ أبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أطَاعَنِي دَخَلَ الجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أبَى))
Semua umatku akan masuk surga kecuali orang yang menolak” Mereka bertanya: “Ya Rasulullah! Siapakah orang yang menolak itu? Beliau menjawab: “Siapa yang taat kepadaku akan masuk surga dan siapa yang maksiat kepadaku maka ia telah menolak.” (hadith sahih riwayat bukhari)

2) Hendaklah adik-adik mempelajari ilmu-ilmu Islam sedalam-dalamnya setakat mampu dan usahlah terpedaya dengan tipuan dunia. Termasuk tipuan dunia ialah sijil-sijil dan ijazah...juga yg sepertinya...saya hairan mengapa terdapat ramai merasa gembira jika sudah menghabiskan pengajian selama 4 thn dan beroleh ijazah..? apa yg merasa gembira sangat dengan ilmu yg sekadar 4 thn ? itu belum ditolak dgn cuti, ditolak dengan malas dan belum ditolak dgn pengajian selama 4 thn hanyalah dengan menghadiri kelas, membaca nota dekat2 periksa dan lulus kemudian balik setelah beroleh ijazah ??? itukah yg dikatakan menuntut ilmu ? itukah yg dibanggakan ?
sedangkan kitab-kitab khazanah umat Islam tersimpan begitu saja tanpa disemak dan dikaji dan dibuka...
Apakah adik-adik merasa sudah puas dgn ilmu 4 thn ? terutama adik-adik yg belajar agama...adakah adik-adik merasa alim ? dgn ilmu 4 thn itu adik-adik boleh menjawab segala soal jawab agama kpd adik ? lalu berfatwa dgn hukum-hukum yg akhirnya menyesatkan orang ??? atau sekurangnya bertaqlid kpd org lain.???

3) hendaklah adik2 semua menjaga aurat dan memelihara maruah..
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalambersabda:
((سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ ، عَلَى رُؤُوسِهِنَّ كَأَسْنِمَةِ البَخْتِ ، اِلْعَنُوهُنَّ فَإنَّهُنَّ مَلْعُونَاتٌ))
“Akan ada pada akhir umatku nanti wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, kepala mereka bagaikan pundak (punggung) unta, laknatlah mereka karena mereka adalah wanita-wanita yang pantas dilaknat.” (hadith sahih).
ingatlah adik-adik semua merupakan fitnah yg besar kpd lelaki spt sabda baginda Shalallahu ‘alaihi wassalambersabda:((فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ ، فَإنَّ أوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إسْرَائِيلَ كَانَتْ في النِّسَاءِ))
Takutlah pada dunia dan takutlah pada wanita karena fitnah pertama pada Bani Israel adalah pada wanita.” (hadith sahih).
Tidaklah berkumpul seorang lelaki dan wanita, kecuali Syaithan bersama mereka”. (H.R. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim) .
Tidak memakai wangi-wangian. Hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam : “Sesungguhnya seorang wanita yang memakai wangi-wangian kemudian melewati kaum (laki-laki) bermaksud agar mereka mencium aromanya, maka ia telah melakukan perbuatan zina”. (H.R. Tirmidzi)

4) hendaklah adik-adik semua menetap diri di rumah dan elakkan berjalan-jalan keluar tanpa keperluan lebih-lebih lagi untuk musafir ke tempat yg jauh tanpa keperluan. Siapakah contoh adik-adik..apakah adik-adik tidak melihat kpd Fatimah ra, Aisyah ra, Khadijah ra dan lain-lain ummul mukminah serta wanita utama Islam yg mana mereka tidaklah hebat dlm lapangan dakwah / jemaah / tetapi mereka hebat dlm lapangan isteri dan menetap diri menjaga maruah mereka...dan itulah punca mereka diagungkan dlm sejarah islam...Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلاَ تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الجَاهِلِيَّةِ الأُولَى
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Q.S. Al-Ahzab: 33) dan semoga adik tidaklah keluar musafir tanpa teman muhrim..kerana baginda berpesan “Tidaklah bepergian (musafir) seorang wanita kecuali bersama muhrim”. (H.R. Bukhari)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :“Janganlah wanita melakukan safar selama 3 hari kecuali bersama mahramnya.” (Hadits shahih, dikeluarkan oleh Bukhari 2/54, Muslim 9/106, Ahmad 3/7, dan Abu Dawud 1727 Imam Al Baghawi mengatakan : “Ulama sepakat bahwa dalam perkara yang bukan wajib tidak dibolehkan bagi wanita melakukan safar kecuali disertai oleh suami atau mahram yang lain, terkecuali wanita kafir yang telah masuk Islam di negeri musuh atau tawanan wanita yang telah berhasil meloloskan diri dari tangan-tangan orang kafir, mau tidak mau ia harus keluar dari lingkup mereka dengan tanpa mahram,
walaupun ia seorang diri bila tidak merasa takut.” (Syarhus Sunnah 7/20

5) Semoga adik-adik menjaga wara' dan memelihara diri adik dr terdedah kpd lelaki yg tidak halal pd adik kerana bukankah Allah memerintahkan adik-adik menjaga diri adik-adik ?? sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلاَ يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إلاَّ مَا ظَهَرَ مِنْهَا “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31) wahai adik-adik...hiasilah dirimu dgn pakaian taqwa...wujudkan malu rasa segan dan rasa taqwa dlm diri adik-adik...!! jauhi dr mencari sesuatu yg bukan halal dan mencari keseronokkan dunia sementara...Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:ياَ بَنِي آدَمَ قَدْ أنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26) rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: ((إنَّ لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا ، وَإنَّ خُلُقَ الإسْلاَمِ الحَيَاءُ))
Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (hadith sahih).

Adik pernahkah adik2 mendengar perihal wanita 2 yg utama dlm Islam ?? mereka bukanlah wanita dan perempuan aktif berpersatuan dan ke sana sini kononnya berjuang..tapi pd hakikatnya melanggar sunnah Islam..mereka juga bukanlah wanita lantang dan wanita besi yg serba boleh...bukan-bukan !!

Tapi Mereka ialah wanita yg disebut dlm riwayat Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah ra, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.” (hadith riwayat sahih).

Allahuakbar !! allahuakbar !!! begitulah adik-adik perihal wanita Islam !! Mereka tidak perlu ada BA (hons) syariah atau Syariah Wal Qanun !!! Mereka juga tidak perlu ada MA atau Phd !!! tapi mereka cukup sahaja memiliki iman dan kepercayaan yg teguh kpeada Allah dan rasulnya...!!!
Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, maka apabila keluar, syaithan akan menghiasinya.” (Dikeluarkan oleh Al Bazzar dan At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil jilid I)

6) Usahlah adik-adik terpedaya dengan cinta palsu dan kata-kata manis kaum lelaki...Ingatlah jika benar jodoh adik,,,maka insyaAllah si dia akan melamar adik dengan cara baik !!!ketahuilah, Lelaki yg soleh pasti tidak akan berhajat untuk menjerumuskan kekasihnya ke dalam murka dan maksiat kpeada ALlah swt !!! Dan jika dia bukan soleh ,, maka apakah adik berharap dia akan berubah selepas adik berkahwin dengannya ??? Adik terlalu bermimpi...!!
apakah lelaki yg menghisap rokok dan hariannya diwarnai dgn hiburan, mainan cinta lara dan maksiat akan menjadi pembela Islam dan pembela maruah adik ??? Ataukah hanya akan menjadi pelangsung kepada masalah rumahtangga, pergaduhan suami&isteri masa hadapan, kehidupan yg penuh sengsara ??? ataukah mampu melahir keluarga bahagia dan bertaqawa ???ingatlah adik....bahawa bahagia itu ditangan Allah...Apakah Allah akan memberi bahagia jika adik melakukan perkara yg dimurkainya ???

cukuplah wahai adik-adikku menjadikan hadith ini sebagai peringatan iaitu ...Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya).
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya : “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369

Kaedah Penafsiran Al-Qur'an

Syaikh Al-Albani ra ketika ditanya: Apa yang harus kita lakukan untuk dapat menafsirkan Al-Qur'an ?
Jawaban: Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan Al-Qur'an ke dalam hati Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam agar beliau mengeluarkan manusia dari kekufuran dan kejahilan yang penuh dengan kegelapan menuju cahaya Islam. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 1 : الَر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ yang artinya : "Alif, laam raa.(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. "
Allah Ta'ala juga menjadikan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang yang berhak menjelaskan, menerangkan dan menafsirkan isi Al-Qur'an. Firman Allah Ta'ala di dalam surat An-Nahl ayat 44: بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ artinya : "keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan..."
Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan penjelas isi Al-Qur'an, dan sunnah ini juga merupakan wahyu karena yang diucapkan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah bukan hasil pemikiran Rasulullah tetapi semuanya dari wahyu Allah Ta'ala. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an surat An-Najm ayat 3 dan 4: وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىإِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى"dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur'an dan sesuatu yang hampir sama dengan Al-Qur'an. Ketahuilah, akan ada seorang lelaki kaya raya yang duduk di atas tempat duduk yang mewah dan dia berkata: "Berpeganglah kalian kepada Al-Qur'an. Apapun yang dikatakan halal di dalam Al-Qur'an, maka halalkanlah, sebaliknya apapun yang dikatakan haram di dalam Al-Qur'an, maka haramkanlah.
Sesungguhnya apapun yang diharamkan oleh Rasulullah, Allah juga mengharamkannya." Untuk itu cara menafsirkan Al-Qur'an adalah: Cara Pertama adalah dengan sunnah. Sunnah ini berupa: ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan diamnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Cara Kedua adalah dengan penafsirannya para sahabat. Dalam hal ini pelopor mereka adalah Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas Radliyallahu 'anhum. Ibnu Mas'ud termasuk sahabat yang menemani Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sejak dari awal dan dia selalu memperhatikan dan bertanya tentang Al-Qur'an serta cara menafsirkannya, sedangkan mengenai Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud pernah berkata: "Dia adalah penterjemah Al-Qur'an." Oleh karena itu tafsir yang berasal dari seorang sahabat harus kita terima dengan lapang dada, dengan syarat tafsir tersebut tidak bertentangan dengan tafsiran sahabat yang lain. Cara Ketiga yaitu apabila suatu ayat tidak kita temukan tafsirnya dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, maka kita cari tafsirannya dari para tabi'in yang merupakan murid-murid para sahabat, terutama murid Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas seperti : Sa'ad bin Jubair, Thawus, Mujahid dan lain-lain. Sangat disayangkan, sampai hari ini banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak ditafsirkan dengan ketiga cara di atas, tetapi hanya ditafsirkan dengan ra'yu (pendapat/akal) atau ditafsirkan berdasarkan madzhab yang tidak ada keterangannya dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam secara langsung.
Ini adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan apabila ayat-ayat Al-Qur'an ditafsirkan hanya untuk memperkuat dan membela suatu madzhab, yang hasil tafsirnya bertentangan dengan tafsiran para ulama tafsir. Untuk menjelaskan betapa bahayanya tafsir yang hanya berdasarkan madzhab, akan kami kemukakan satu contoh sebagai bahan renungan yaitu tafsir Al-Qur'an surat Al-Muzammil: 20 : فَاقْرَؤُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ artinya : "Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an."
Berdasarkan ayat ini, sebagian penganut madzhab berpendapat bahwa yang wajib dibaca oleh seseorang yang berdiri sholat adalah ayat-ayat Al-Qur'an mana saja. Boleh ayat-ayat yang sangat panjang atau boleh hanya tiga ayat pendek saja. Yang penting membaca ayat Al-Qur'an (tidak harus membaca Al-Fatihah). Betapa anehnya mereka berpendapat seperti ini, padahal Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca pembuka Al-Kitab (Surat Al-Fatihah)."
Dan di hadits lain Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang sholat tidak membaca Surat Al-Fatihah, maka sholatnya kurang, sholatnya kurang, sholatnya kurang, tidak sempurna." Berdasarkan tafsir di atas, berarti mereka telah menolak dua hadits shahih tersebut, karena menurut mereka tidak boleh menafsirkan Al-Qur'an kecuali dengan hadits yang mutawatir. Dengan kata lain mereka mengatakan, "Tidak boleh menafsirkan yang mutawatit kecuali dengan yang mutawatir pula." Akhirnya mereka menolak dua hadits tersebut karena sudah terlanjur mempercayai tafsiran mereka yang berdasarkan ra'yu (akal-akalan) dan madzhab (kelompok/golongan). Padahal semua ulama ahli tafsir, baik ulama yang mutaqaddimin (terdahulu) atau ulama yang mutaakhirin (sekarang), semuanya berpendapat bahwa maksud "bacalah" dalam ayat di atas adalah "sholatlah". Jadi ayat tersebut maksudnya adalah: "Maka sholatlah qiyamul lail (sholat malam) dengan bilangan raka'at yang kalian sanggupi." Tafsir ini akan lebih jelas apabila kita perhatikan seluruh ayat tersebut, yaitu: "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam atau perdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari bagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat tersebut jelas tidak ada hubungannya dengan apa yang wajib dibaca di dalam sholat. Ayat tersebut mengandung maksud bahwa Allah Ta'ala telah memberi kemudahan kepada kaum muslimin untuk sholat malam dengan jumlah rakaat kurang dari yang dilakukan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yaitu sebelas rakaat. Inilah maksud sebenarnya dari ayat tersebut. Hal ini dapat diketahui oleh orang-orang yang mengetahui uslub (gaya/kaidah bahasa) dalam bahasa Arab.
Dalam uslub bahasa Arab ada gaya bahasa yang sifatnya "menyebut sebagian" tetapi yang dimaksud adalah "keseluruhan." Sebagaimana kita tahu bahwa membaca Al-Qur'an adalah bagian dari sholat. Allah sering menyebut kata "bacaan/membaca" padahal yang dimaksud adalah sholat. Ini untuk menunjukkan bahwa membaca Al-Qur'an itu merupakan bagian penting dari sholat. Contohnya adalah dalam surat Al-Isra' ayat 78: أَقِمِ الصَّلاَةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا artinya : "Dirikanlah sholat dari tergelincir matahari (tengah hari) sampai gelap malam (Dzuhur sampai Isya). Dan dirikan pada bacaan fajar. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). " Dalam ayat ini Allah Ta'ala menyebut "bacaan fajar" tetapi yang dimaksud adalah sholat fajar (sholat Shubuh).
Demikianlah salah satu uslub dalam bahasa Arab. Dengan tafsiran yang sudah disepakati oleh para ulama ini (baik ulama salaf maupun ulama khalaf), maka batallah pendapat sebagaian penganut madzhab yang menolak dua hadits shahih di atas yang mewajibkan membaca Al-Fatihah dalam sholat. Dan batal juga pendapat mereka yang mengatakan hadits ahad tidak boleh dipakai untuk menafsirkan Al-Qur'an. Kedua pendapat tersebut tertolak karena dua hal yaitu : 1.Tafsiran ayat di atas (QS. Al-Muzammil : 20) datang dari para ulama ahli tafsir yang semuanya faham dan menguasai kaidah bahasa Al-Qur'an 2.
Tidak mungkin perkataan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bertentangan dengan Al-Qur'an. Justru perkataan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam itu menafsirkan dan menjelaskan isi Al-Qur'an. Jadi sekali lagi, ayat di atas bukan merupakan ayat yang menerangkan apa yang wajib dibaca oleh seorang muslim di dalam sholatnya. Sama sekali tidak. Baik sholat fardhu ataupun sholat sunat.
Adapun dua hadits di atas kedudukannya sangat jelas, yaitu menjelaskan bahwa tidak sah sholat kecuali dengan membaca Al-Fatihah. Sekarang hal ini sudah jelas bagi kita. Oleh karena itu seharusnya hati kita merasa tentram dan yakin ketika kita menerima hadits-hadits Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dlam kitab-kitab sunnah atau kitab-kitab hadits yang sana-sanadnya shahih. Jangan sekali-kali kita bimbang dan ragu untuk menerima hadits-hadits shahih karena omongan sebagian orang yang hidup pada hari ini, dimana mereka berkata, "Kita tidak menolak hadits-hadits ahad selama hadits-hadits tersebut hanya berisi tentang hukum-hukum dan bukan tentang aqidah. Adapun masalah aqidah tidak bisa hanya mengambil berdasarkan hadits-hadits ahad saja."
Demikianlah sangkaan mereka, padahal kita tahu bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Mu'adz bin Jabal untuk berdakwah, mengajak orang-orang ahli kitab untuk berpegang kepada aqidah tauhid , padahal Mu'adz ketika itu diutus hanya seorang diri (berarti yang disampaikan oleh Mu'adz adalah hadits ahad, padahal yang disampaikannya adalah menyangkut masalah aqidah).
[Dinukil dari : Kaifa yajibu 'alaina annufasirral qur'anil karim, edisi bahasa Indonesia: Tanya Jawab dalam Memahami Isi Al-Qur'an, Syaikh Al AlBani]

Sunday, January 16, 2005

Muqadimah Ustaz

بسم الله الرحمن الرحيم


إن الحمد لله نحمده و نستعينه ونستغفره, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعما لنا من يهده الله فلا مضلَّ له ومن يضْلل فلا هاديه له, و أشهد أن لا َّاله إلا الله و حده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
ياَيُّهَا الَّذِينَ امَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنتُم مُّسلِمُونَ (آل عمران: 102)
ياَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم من نَّفسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنهَا زَوجَهَا وَبَثَّ مِنهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءلون به والأرحام إن الله كان عليكم رقيبا (النساء: 1)
ياَيُّهَا الَّذِينَ امَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَولاً سَدِيداً يُصلِح لَكُم اَعمَالَكُم وَيَغفِر لَكُم ذُنُوبَكُم وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَد فَاز فوزا عظيما (الأحزاب:70).

أمِّا بعد
:

Sebenar-benar kalam ialah kalam Allah (Al-Quran) dan sebaik-baik pertunjuk ialah pertunjuk Muhammad Salallahualaihiwasalam dan seburuk-buruk perkara ialah perkara yang direka tanpa berdasar pertunjuk Allah dan rasul,dan setiap perkara yang direka tanpa pertunjuk Allah dan rasul ialah bid'ah. Dan setiap bid'ah itu sesat dan setiap yang sesat itu di neraka.
Alhamdulillah, ana memulakan menulis diari dan maklumat ana sejak dan selama ana di Yaman ini insyaAllah, walaupun ana bukan nak sangat menulis tapi dah ramai meminta, jadi ana mengabulkan hasrat dan hajat mereka-mereka yang berkenaan....harap dapat ambil istifadah dari kembara ilmu ana mencari kebenaran...sesamalah kita insyaAllah.